Senin, 23 Mei 2016

Kondisi Sosial-Budaya dan Ekonomi



SOSIAL DAN EKONOMI
Dari tahun ke tahun, perekonomian Kota Bima terus bertambah.
Berdasarkan hasil perhitungan PDRB atas dasar harga konstan, pertumbuhan ekonomi Kota Bima pada tahun 2009/2010 adalah sebesar 6,38%.Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kota Bima pada tahun 2010 adalah sebanyak  Rp. 9.763.181.200,-. Kota Bima memiliki 4 sektor unggulan, yaitu pertanian, pertambangan, perikanan, dan pariwisata.
Jenis mata pencarian penduduk Kota Bima beragam, dengan persentase terbesar adalah pada bidang jasa, kemasyarakatan dan lainnya, yaitu 28%. Untuk penguatan ekonomi kemasyarakatan, Pemerintah Kota Bima menyusun program-program berikut:
  1. Pemberian bantuan dana bergulir bagi pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM);
  2. Bantuan mesin dan peralatan untuk peningkatan teknologi Industri Kecil Menengah (IKM);
  3. Bantuan sarana pemasaran pedagang kecil dan kaki lima;
  4. Gelar even pasar murah dan pasar Ramadhan;
  5. Himbauan penggunaan pakaian dinas berbahan tenun khas daerah;
  6. Pembangunan hutan kemasyarakatan dan kebun bibit rakyat; serta
  7. Perlindungan dan pengelolaan mata air, pencanangan program kali bersih dan penetapan lokasi lahan abadi.
Berkaitan dengan pengelolaan mata air, Pemerintah Kota Bima giat mengeksplorasi keberadaan mata air dengan debit besar, untuk memenuhi kebutuhan air, baik untuk pertanian, maupun air bersih untuk MCK.
Baru-baru ini Pemerintah Kota Bima telah berhasil mengalirkan air dari mata air di Mada Masa wilayah Kecamatan Rasanae Timur, untuk pemenuhan kebutuhan air bersih warga setempat.
KONDISI SOSIAL
Komposisi penduduk menurut lapangan pekerjaan di Kota Bima pada tahun 2011 didominasi oleh 5  (lima) sektor lapangan pekerjaan. Penduduk yang bekerja di sektor jasa kemasyarakatan adalah yang paling besar yaitu 32,35 %. Posisi kedua pada sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu 22,27%. Sektor lain yang juga besar adalah industri pengolahan yaitu 14,65 %, pertanian sebesar 13,71 % dan pengangkutan, penggudangan dan komunikasi sebesar 7,72 %. Sementara penduduk yang bekerja di sektor lainnya masih sangat kecil dengan prosentase di bawah 5 %.
Tabel 1. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Kegiatan Utama Selama Seminggu Yang Lalu dan Jenis Kelamin Tahun 2011
Sektor
2009
2010
2011
1. Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan
17,41
10,01
13,71
2. Pertambangan dan Penggalian
1,77
2,87
2,32
3. Industri Pengolahan
11,87
17,43
14,65
4. Listrik, Gas dan Air Bersih
0,00
0,00
0,00
5. B a n g u n a n
8,26
1,07
4,67
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
14,56
29,97
22,27
7. Pengangkutan, Penggudangan dan Komunikasi
14,87
0,57
7,72
8. Keuangan, Asuransi, Persewaan    Bangunan dan Jasa Perusahaan
1,86
2,75
2,33
9. Jasa Kemasyarakatan
29,40
35,29
32,35
                                                             Sumber : BPS Kota Bima, 2011
Tabel 2. Perkembangan Persentase Jumlah Penduduk Menurut Lapangan Pekerjaan Berdasarkan Sektor di Kota Bima Tahun 2009 - 2011
No
Sektor
2009
2010
2011
1
Pertanian, Perkebunan,  Kehutanan dan Perikanan
16,45
13,48
13,71
2
Pertambangan dan Penggalian
1,63
1,70
2,32
3
Industri Pengolahan
10,93
15,55
14,65
4
Listrik, Gas dan Air Bersih
0,89
0,59
0,00
5
B a n g u n a n
3,6
4,17
4,67
6
Perdagangan, Hotel dan Restoran
23,09
24,63
22,27
7
Pengangkutan, Penggudangan dan Komunikasi
13,57
12,21
7,72
8
Keuangan, Asuransi, Persewaan    Bangunan dan Jasa Perusahaan
0,37
1,39
2,33
9
Jasa Kemasyarakatan
29,47
26,31
32,35
Sumber : BPS Kota Bima, 2011
Dilihat dari perkembangan selama  tahun 2009 – 2011, ada lima sektor yang menjadi mata pencaharian penduduk terbesar, meskipun terjadi fluktuasi jumlah penduduk yang bekerja menurut masing-masing sektor.
Kesejahteraan Sosial
Tingkat kemiskinan yang dicapai oleh suatu masyarakat, seringkali dipakai sebagai indikator kualitas kesejahteraan manusia, di mana semakin rendah tingkat rata-rata kemisikinan yang dapat dicapai, semakin tinggi pula kualitas tingkat kesejahteraan yang dimiliki oleh suatu masyarakat itu.
Angka kemiskinan dipakai sebagai indikator karena merupakan salah satu penghambat dalam pembangunan daerah. Oleh karena itu masalah kemiskinan harus mendapat prioritas penanganan bagi pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta pertumbuhan pembangunan ekonomi daerah.
Dari data tahun 2011, menurut konsep BKKBN, di Kota Bima sebanyak 8.728 KK (27,63 %) tergolong keluarga pra sejahtera, keluarga sejahtera I sebanyak 6.573 KK (20,81 %), keluarga sejahtera II sebanyak 5.739 KK (18,17%), keluarga sejahtera III sebanyak 10.062 KK (31,85%), dan keluarga sejahtera III+ sebanyak 487 KK (1,54%).

Tabel 3. Jumlah Pra Sejahtera dan Sejahtera Menurut Kecamatan di Kota Bima Tahun 2010

Kecamatan

Jumlah KK
Terdata
Keluarga Pra Sejahtera
Keluarga  Sejahtera  I
Keluarga  Sejahtera  II
Keluarga  Sejahtera III
Keluarga  Sejahtera  III +
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
1.  Rasanae Barat
6.895
2.010
29,15
1.209
17,53
1.301
18,87
2.295
33,28
80
1,16
2.  Mpunda 
5.761
1.036
17,98
1.029
17,86
1.025
17,79
2.476
42,98
195
3,38
3.  Rasanae Timur
4.271
1.018
23,84
1.210
28,33
575
13,46
1.443
33,79
25
0,59
4.  Raba 
8.817
2.294
26,02
2.019
22,90
1.825
20,70
2.504
28,40
175
1,98
5.  Asakota
5.845
2.370
40,55
1.106
18,92
1.013
17,33
1.344
22,99
12
0,21
J u m l a h
31.589
8.728
27,63
6.573
20,81
5.739
18,17
10.062
31,85
487
1,54
Sumber : Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Bima, 2011

Data menunjukkan bahwa kelompok keluarga sejahtera III merupakan bagian terbesar pada setiap kecamatan,  kecuali di Kecamatan Asakota dimana jumlah keluarga prasejahtera di kecamatan ini masih memberikan presentase tertinggi.

KONDISI  EKONOMI

Pertumbuhan ekonomi Kota Bima yang dicerminkan dengan pertumbuhan PDRB selama periode tahun 2009-2011 menunjukkan adanya pertumbuhan yang positif setiap tahun.  Hal ini dapat dilihat dari cukup tingginya pertumbuhan ekonomi setiap tahun.  Namun pada tahun 2011, pertumbuhan ekonomi yang ditunjukkan oleh pertumbuhan PDRB mengalami sedikit perlambatan, meskipun masih berada pada pertumbuhan positif.  Pada tahun 2009 PDRB tumbuh sebesar 6,38 persen; melambat menjadi 5,77 persen pada tahun 2010; dan pada tahun 2011 sedikit mengalami perlambatan kembali menjadi 5,31 persen.  Kondisi tersebut merupakan dampak krisis ekonomi global yang berpengaruh terhadap perlambatan pertumbuhan perekonomian nasional secara keselurahan, termasuk  perekonomian Kota Bima.  Gambaran mengenai pertumbuhan ekonomi masing-masing sektor PDRB (lapangan usaha) dapat dilihat pada tabel berikut.

     Tabel 4. Laju Pertumbuhan PDRB Kota Bima Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009– 2011
Sektor
2008 (%)
2009 (%)
2010 (%)
Rata-rata (%)
1.    Pertanian
3,68
1,82
3,96
3,15
2.    Pertambangan  dan Penggalian
4,33
5,71
6,23
5,42
3.    Industri Pengolahan
3,90
4,16
5,16
4,41
4.    Listrik, Gas & Air Bersih
3,82
11,49
5,68
7,00
5.    Bangunan
6,97
8,31
7,88
7,72
6.    Perdagangan, Hotel & Restoran
6,10
7,30
7,32
6,91
7.    Angkutan & Komunikasi
5,85
6,25
5,00
5,70
8.    Bank,  Jasa Persewaan & Jasa Perusahaan
7,68
7,60
6,17
7,15
9.    Jasa-jasa
9,20
6,43
4,23
6,62
PDRB
6,38
5,77
4,32
5,49
Sumber : BPS Kota Bima, 2011

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa semua sektor lapangan usaha menunjukkan pertumbuhan positif.  Sektor Pertanian yang merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja dan tempat menggantungkan hidup sebagian besar penduduk di Kota Bima mencapai pertumbuhan sebesar 3,96 persen.  Angka pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya sebesar 1,82 persen di tahun 2010.  Faktor dominan yang mempengaruhi percepatan pertumbuhan sektor pertanian tahun 2011 adalah pertumbuhan sub sektor tanaman bahan makanan sebesar 3,58 persen padahal tahun sebelumnya hanya mencapai pertumbuhan 1,02 persen. Komoditi yang menyebabkan percepatan pertumbuhan tersebut terutama padi yang mempunyai share cukup besar .  Demikian juga sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya juga memperlihatkan percepatan pertumbuhan dari 5,57 persen pada tahun 2010 menjadi 6,27 persen pada tahun 2011.

Sektor perdagangan, hotel dan restoran; serta  sektor bangunan pada tahun 2011 mengalami percepatan dibandingkan tahun sebelumnya, dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 7,32 persen dan 7,88 persen.  Sedangkan kelompok sektor jasa-jasa yang mempunyai peranan paling dominan terhadap PDRB Kota Bima tahun 2011 memperlihatkan pertumbuhan yang melambat.  Sektor jasa-jasa tumbuh sebesar 4,23 persen yang dipengaruhi oleh pertumbuhan di sub sektor pemerintahan umum sebesar 4,07 persen.  Pertumbuhan di sektor ini agak lebih lambat dibandingkan tahun 2010 dan berada di bawah pertumbuhan rata-rata atau pertumbuhan PDRB. Hal ini dipengaruhi adanya kebijakan moratorium pegawai negeri oleh pemerintah.

Sektor Industri yang didominasi oleh usaha kecil dan mikro di Kota Bima selama tiga tahun terakhir tampak stagnan.  Hal ini diperlihatkan oleh tingkat pertumbuhan yang hampir sama setiap tahun, yaitu 3,90 persen pada tahun 2009, 4,16 persen pada tahun 2010, dan sedikit mengalami percepatan sebesar 5,16 persen pada tahun 2011.  Sektor industri yang banyak menampung sektor informal ini perlu mendapat perhatian lebih serius mengingat sektor ini terbukti mempunyai ketahanan terhadap krisis ekonomi dan sektor yang dapat diandalkan untuk menyerap tenaga kerja.


Mata Pencaharian Penduduk Kota Bima didominasi oleh penduduk dengan mata pencaharian jasa kemasyarakatan yaitu 27,95 %, perdagangan Hotel dan Restaurant 23,34 %, pertanian 15,87 % dan pengangkutan, pergudangan dan komunikasi 14,15 %.
 
Kota Bima Mengalami Deflasi Sebesar 0,12 Persen di Bulan April 2016
Abstraksi
Kota Banjarmasin sebesar 0,04 persen. Deflasi tertinggi terjadi di Kota Sibolga 1,79 persen dan inflasi terendah terjadi di Kota Singaraja yaitu sebesar 0,06 persen.

Deflasi di Kota Bima dipengaruhi oleh penurunan indeks pada tiga kelompok, yaitu kelompok bahan makanan deflasi 0,16 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar deflasi sebesar 0,16 persen dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangandeflasi 0,98 persen.

Kelompok yang mengalami inflasi pada bulan April 2016 adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,50 persen, kelompok sandang sebesar 0,03 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,32 persen,dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga inflasi 0,02 persen. Laju inflasi tahun kalender (Januari-April 2016) sebesar 1,41 persen dan laju inflasi “year on year” (April 2016 terhadap April 2015) sebesar 4,92 persen.
Komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi adalah TOMAT SAYUR 0,1458 persen, BAWANG MERAH 0,0835 persen, SELAR/TUDE 0,0790 persen, SOTO 0,0579 persen, SALAK 0,0541 persen, TONGKOL/AMBU-AMBU 0,0448 persen, KELAPA 0,0371 persen, BAWANG PUTIH 0,0369 persen, APEL 0,0277 persen, MIE KERING INSTANT 0,0237 persen, dan JERUK sebesar 0,0199 persen. Komoditas yang dominan memberikan sumbangan deflasi adalah BERAS 0,2503 persen, BENSIN 0,1650 persen, BANDENG/BOLU 0,1243 persen, DAGING AYAM RAS 0,0762 persen, CUMI-CUMI 0,0679 persen, TARIP LISTRIK 0,0374 persen, TERI 0,0307 persen, UDANG BASAH 0,0294 persen, CABAI MERAH 0,0289 persen, ASAM 0,0188 persen, TELUR AYAM RAS 0,0108 persen, DAUN SINGKONG 0,0078 persen, BARONANG 0,0077 persen, dan KENTANG 0,0060 persen.

Sedangkan untuk tingkat nasional mengalami deflasi sebesar 0,45 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 123,19. Tingkat inflasi tahun kalender (Januari-April 2016) sebesar 0,16 persen dan dan tingkat inflasi tahun ke tahun (April 2016 terhadap April 2015) sebesar 3,60 persen.

1 komentar:

  1. Graton Hotel Casino & Spa - Mapyro
    Welcome to Graton Hotel Casino & Spa, with a stay at Graton Hotel Casino & Spa, in Las Vegas (NV). 시흥 출장샵 The 서산 출장안마 property is located 안성 출장마사지 just 하남 출장안마 minutes from McCarran International Airport 춘천 출장마사지 (

    BalasHapus